Unknown
          Zaman era globalisasi tidak terlepas dari pengaruh "Internet". Dari anak-anak, remaja bahkan sampai orang dewasa pun menggunakan internet untuk mencari informasi ataupun kebutuhan lainnya. Sekarang internet sudah bisa di akses melalui HP (Hand Phone). Pengaruh internet sendiri bisa berdampak yang positif dan negatif untuk para pengguna, contohnya dalam game online. Game online sendiri mempunyai dampak positif yang dapat berfungsi sebagai wadah bersosialisasi dengan orang lain atau pemain lainnya. Bahkan dengan pemain yang berasal dari negara yang berbeda. Game juga mampu membuat kita bisa berfikir lebih kreatif, melatih bahasa asing, menambah wawasan, menyusun strategi dan sebagai media hiburan. Tapi disisi lain game online punya dampak negatifnya. Seperti lupa waktu dan kewajiban, menimbulkan emosi ketika kalah dalam permainan dan membuat kecanduan. 
          Selain di dunia game online, di situs jejaring sosial pun memiliki hal yang serupa. Situs jejaring sosial seperti Facebook, Twitter mampu membuat kita memiliki banyak teman dan juga mampu membuat kita memiliki banyak musuh. Apalagi sekarang ini kebanyakan orang kalau curhat di jejaring sosial, ngomongin orang lain di jejaring sosial dan bisa menyebabkan munculnya perselisihan. Jejaring sosial pun menyebabkan terjadinya kasus penculikan, pembunuhan dll. Berawal dari kenalan, ketemuan dan akhirnya muncul kejadian-kejadian yang tidak di inginkan. Jejaring sosial juga bisa membuat kita mendekatkan dengan orang yang jauh dan juga menjauhkan dengan orang yang dekat. 
          Dalam dunia internet mampu membuat orang menjadi pribadi yang tertutup. Karna orang tersebut telah bersahabat baik dengan dunia maya. Sehingga orang tersebut lebih memilih dengan dunia mayanya dari pada dunia nyatanya. Dan bisa menyebabkan munculnya sifat/pribadi yang anti sosial di dunia nyata. Untuk itu kita harus dapat mengatur dalam penggunaan internet jangan sampai munculnya Internet Addiction atau Cyber Relational Addiction.
Psikologi dan internet pada saat ini dapat di katakan memiliki keterkaitan yang cukup erat. Perkembangan teknologi pada saat ini berkembang cukup pesat bersamaan dengan pergerakan pola pikir dan kebutuhan akan teknologi. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku setiap manusia dari yang tampak maupun tidak nampak, dari sisi fisik dan psikis. Sedangkan internet adalah sebuah perkembangan yang dilahirkan oleh kemajuan tekhologi. Keduanya seakan berjalan beriringan dan menjadikannya suatu hal yang saat ini sulit untuk di pisahkan. Pengaruh yang ditimbulkan dari perkembangan teknolgi yaitu khususnya internet sedikit banyak mengubah cara dan pola perilaku yang dapat dilihat dan teliti dari segi ilmu psikologi.


Dampak positif terhadap psikologi yang mungkin didukung oleh adanya jejaring sosial melalui internet adalah :
A.    Relationship building & Cultural Awareness. Situs jejaring sosial jaringan memungkinkan remaja untuk bertemu teman baru dari Negara lain , membantu mereka menjadi lebih duniawi dan peka terhadap perbedaan budaya. Para remaja juga dapat tetap berhubungan atau membina hubungan kembali dengan teman-teman masa lalu mereka yang mungkin sudah tinggal jauh dari lingkungan mereka.
B.      Identity. Para remaja dapat berbagi minat dengan remaja lain, bergabung dengan kelompok, mengembangkan rasa independent, dan bisa terlibat dalam ekspresi diri yang positif dengan mempersonalisasi halaman profil dan berpartisipasi dalam diskusi tentang topik-topik yang menarik perhatian mereka. Hal-hal tersebut sangat dibutuhkan dalam membangun “sense of identity” dalam diri mereka.
C.     Self-Esteem. Berkaitan dengan pembentukan identitas di atas, jaringan sosial dapat membantu membangun harga diri dan meningkatkan kepercayaan diri.
D.    Pola interaksi antar manusia. Kehadiran komputer pada kebanyakan rumah tangga golongan menengah ke atas telah merubah pola interaksi keluarga. Komputer yang disambungkan dengan telpon telah membuka peluang bagi siapa saja untuk berhubungan dengan dunia luar. Program internet relay chatting (IRC), internet, dan e-mail telah membuat orang asyik dengan kehidupannya sendiri. Selain itu tersedianya berbagai warung internet ( warnet) telah memberi peluang kepada banyak orang yang tidak memiliki komputer dan saluran internet sendiri untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui internet. Kini semakin banyak orang yang menghabiskan waktunya sendirian dengan komputer. Melalui program internet relay chatting (IRC) anak-anak bisa asyik mengobrol dengan teman dan orang asing kapan saja.

Dampak negatif terhadap psikologi yang mungkin didukung melalui internet adalah :

A.    PatologisBeberapa penelitian mengungkapkan bahwa situs porno mendorong terjadinya tindak kriminal dan perilaku seks menyimpang.  Menurut penelitian, situs porno memungkinkan user/netter untuk melakukan berbagai komunikasi erotik melalui komputer mulai dari tingkatan yang bersifat godaan atau lelucon porno, pencarian dan tukar-menukar informasi mengenai pelayanan seksual sampai pada diskusi terbuka tentang perilaku seks menyimpang. Selain itu komunikasi melalui internet seringkali digunakan untuk mengeksploitasi pornography yang melibatkan anak-anak dan remaja serta alat yang dipakai untuk menyamarkan identitas seksual seseorang dengan tujuan tertentu. 
Penelitian pertama yang menyelidiki kecanduan mengakses situs porno dilakukan Bingham dan Piotrowski (1996). Hasil penelitian mereka yang tertuang dalamPsychological Report berjudul On-line sexual addiction: A contemporary enigmamengungkapkan 4 (empat) karakteristik yang terdapat pada individu pecandu situs porno (addicted to cybersex). Keempat karakteristik tersebut adalah:
·         Ketrampilan sosial yang tidak memadai
·         Bergelut dengan fantasi-fantasi yang bersifat seksual
·         Berkomunikasi dengan figur-figur ciptaan hasil imaginasinya sendiri
·         Tidak mampu mengendalikan diri untuk tidak mengakses situs porno
Sementara itu penelitian terhadap perilaku kompulsif  dalam mengakses situs porno terungkap bahwa perilaku tersebut didorong oleh faktor-faktor seperti kesepian(loneliness), kurang percaya diri (lack of self-esteem), dan kurangnya pengendalian diri terhadap masalah seksual (lack of sexual self-control)
B.     Ekspresi Seksual. Berbeda dengan pandangan yang menganggap bahwa situs porno mendorong terjadinya masalah yang bersifat patologis, beberapa penulis justru melihat situs porno sebagai tempat yang menyediakan berbagai informasi "supercepat" mengenai masalah-masalah seksual dan sekaligus menawarkan cara-cara yang baru dan tersembunyi (paling tidak user merasa tidak ada orang lain yang tahu) untuk memuaskan keingintahuan seseorang dalam melakukan explorasi seksual. Keberadaan situs porno dinilai dapat membantu pasangan yang mengalami masalah dalam hubungan seksual karena menyediakna berbagai informasi yang terkadang "enggan" untuk dibicarakan secara langsung oleh pasangan tersebut.
Menurut Leiblum (1997) dalam  Journal of Sex Education and Therapy  berjudul Sex and the net: Clinical implications, situs porno merupakan sarana ekspresi seksual yang memiliki rentangan secara kontinum dari sekedar rasa ingin tahu sampai pada perilaku obsesif. Bagi individu yang memerlukan terapi seksual,  media seksual on-line seringkali dianggap dapat mengakomodasi  hal-hal  yang berhubungan dengan isolasi sosial dan ketidakbahagiaan dalam hidup.  Lieblum membedakan 3 (tiga) karakter klinis dari para pengakses situs porno. Ketiga profil tersebut adalah:
·         Loners, dimana seseorang (user) menganggap bahwa situs porno dapat menjadi alat untuk mengakomodasi masalah-masalah atau hal-hal yang tidak menyenangkan dalam hidup.
·         Partners, dimana situs porno dianggap sebagai bagian dari pasangan hidup si user. Ketika user mengalami masalah dia dapat mencari solusi melalui situs porno
·         Paraphilics, dimana seseorang tergantung pada situs porno untuk memberikan stimulasi dan kepuasan seksual.
Berdasarkan pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa jika seseorang hanya menganggap bahwa situs porno sebagai alat untuk mengakomodasikan masalah-masalah seksual saja maka ia tidak bisa digolongkan sebagai seseorang yang memiliki masalah kejiwaan. Pada tahapan berikut di mana pengguna  menganggap situs porno sebagai partner yang bisa digunakan sebagai sarana untuk mencari solusi atas permasalahan yang dihadapinya, sebenarnya individu sudah memasuki titik yang rawan untuk menuju ke tahapan berikutnya (Paraphilics), jika ia tidak mampu mengendalikan diri dan tidak segera menyelesaikan masalah yang ada dengan pasangannya.  Sama halnya dengan beberapa perilaku adiksi yang lain (misalnya perjudian, alkoholik), maka jika individu sampai masuk ke tahapan ketiga maka dapat dipastikan bahwa ia memiliki masalah kejiwaan yang menyangkut perilaku adiksi. 
Dari uraian diatas dapat terlihat bahwa pengguna internet memiliki berbagai tujuan dan alasan dalam mengakses situs porno. Apakah Anda akan menggunakan situs tersebut untuk tujuan-tujuan yang positif demi kebahagiaan hidup Anda dan pasangan Anda atau sebaliknya, semua terserah Anda. Berasumsi bahwa semua pengakses internet memiliki masalah-masalah patologis tentu sangat tidak adil. Namun demikian hal yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai situs porno merupakan "menu harian" dalam mengakses internet. Selain itu bagi Anda yang sudah memiliki pasangan hidup  jika mengalami masalah-masalah seksual hendaklah membicarakannya dengan pasangan Anda terlebih dahulu. 
Mengingat bahwa di Indonesia sampai saat ini belum ada aturan atau tata cara yang mengatur penggunaan teknologi internet ini, maka kendali sepenuhnya ada ditangan Anda. Situs porno yang sudah demikian marak dalam dunia maya tersebut tidak mungkin lagi dapat diblokir atau dihindari seperti yang pernah dilakukan oleh Departemen Penerangan beberapa tahun yang lalu.
C.     Kerahasiaan alat tes semakin terancam. Melalui internet kita dapat memperoleh informasi tentang tes psikologi, dan bahkan dapat memperoleh layanan tes psikologi secara langsung dari internet. Tes yang tersedia dalam internet yang pernah penulis buka antara lain adalah tes asertifitas,locus of control, tes inteligensi emosional, tes kecemasan. Kini semakin sulit untuk merahasiakan alat tes karena begitu mudahnya berbagai tes diperoleh melalui internet. Program tes inteligensi seperti tes Raven, Differential Aptitudes Test dapat diakses melalui compact disk.. Implikasi dari permasalahan ini adalah, tes psikologi yang ada akan mudah sekali bocor, dan pengembangan tes psikologi harus berpacu dengan kecepatan pembocoran melalui internet tersebu