Unknown
Waktu begitu cepat, tidak terasa telah berganti musim. Rasa yang akupun tidak tau kapan datangnya, darimana asalnya, dan untuk apa tujuannya. Namun, yang aku tau selama ini bahwa segala rasa yang datang pasti untuk pergi. Kali ini aku mulai merasakan lagi rasa yang mungkin sudah lama menghilang, bahkan yang aku pikir tidak kembali dalam waktu yang sangat lama.
Entah apa ini terlalu cepat aku menyimpulkan atau hanya aku yang kembali sendirian merasakan ini. Itu benar atau salah, sungguh aku tidak peduli. Memang, cinta selalu menawarkan bahagia pada setiap awal kisahnya. Untuk selanjutnya, kita yang menentukan. Dan apapun itu, aku benar-benar tidak ingin pergi dari tempat ini. Aku hanya berharap aku ingin seperti pohon besar bersama akarnya yang kuat. Bagaimanapun, ia tidak bisa lepas dan tidak bisa pergi walaupun hanya satu langkah. Aku ingin tetap disini. Bahkan aku tidak ingin menerka bagaimana akhirnya.
Aku pada awalnya tidak mengira bahwa orang yang membuat aku ingin menuliskan hal ini adalah kamu. Kamu yang sama sekali tidak pernah ada di benakku untuk menjadi orang yang membuatku sedikit lega karena masalalu. Justru bahkan awalnya aku mengira bahwa aku akan menaruh hati dengan orang yang lain. Ya, itulah cinta. Cinta datang kapanpun ia mau tanpa permisi, seperti halnya ketika cinta pergi.
Kita yang awalnya bertemu sebagai mahasiswa baru, dan aku baru sadar bahwa kamu orang pertama yang mengajakku berbicara saat itu. Aku lupa bagaimana percakapan pertama kali kita, tapi yang pasti aku tau bagaimana aku menjawab pertanyaanmu “Gatau”, dan aku ingat bagaimana kamu kembali merespon jawabanku “Yaampun, judes banget.”. Dengan rambutmu yang baru saja berukuran 1cm,  membuatku berpikir apakah aku memang se-seperti apa yang kamu bilang waktu itu? Yasudahlah, tidak begitu penting.
                Beberapa minggu setelah menjadi mahasiswa baru, kita kembali dipertemukan. Kali ini aku tau kalau kita sama-sama sebagai penumpang kereta. Namun hanya berbeda arah. Apapun itu, adalah pertama kalinya aku menyapa orang, aku berhasil memanggil namamu. Tanpa kita sadari, semenjak saat itu kita semakin dekat. Semakin aku tau akan kemana arah semua ini, semakin aku sadar bahwa memang sebaiknya aku menjaga jarak.
                Perkenalan kita yang sekitar dua bulan ini membuat kita saling tau satu sama lain. Aku bahkan sudah mengenal bagaimana caramu berjalan, baik itu diliat dari belakang maupun depan. Aku sudah mengenal bagaimana caramu menatap orang lain, mengajak orang lain berbicara, serta bagaimana caramu memegang telepon genggamu. Entahlah semua cara itu jarang sekali aku perhatikan pada orang lain, dan kamu memilikinya.
                Semua itu seperti hal yang tidak asing bagiku, iya maksudku cara yang baru saja aku sebutkan mengenai kamu. Aku mulai nyaman dengan semua itu. Atau apa mungkin aku yang memang menyimpulkan semua rasa ini karena semua itu? Iya, aku seperti sudah mengenalnya lebih dulu sebelum kamu yang memperkenalkan padaku. Kamu mengingatkanku pada dia. Dia yang selama ini seharusnya hilang dari pikiranku.
                AAAAAAAH... Sulit rasanya untuk percaya bahwa hal itu terjadi juga. Aku seperti berada di dua pilihan yang memang seperti tidak ada pilihan. Sekarang aku seperti merasakan kehadirannya, yang berbeda hanya pada siapa yang menggerakannya. Kenapa harus kamu?

                Sudahlah, mungkin ini akhir yang baik. Aku tau pasti kamu bertanya-tanya mengapa saat ini kita tidak seperti biasanya, aku yang sudah lebih jarang meng-iyakan ajakanmu. Ketahuilah, aku hanya tidak ingin kamu ada dengan dia sebagai bayangamu.






untuk,
kamu sebagai layangan
yang ingin terbang tinggi
dari...
aku sebagai benang
yang akan menopangmu untuk terbang.



Unknown
                “Ra” sebutan itu tiba-tiba melekat erat di kepalaku.  Untaian kata, rasa, dan rindu serta hasrat untuk bertemu yang sengaja kamu utarakan pada beberapa malam itu. Sulit rasanya untuk percaya bahwa apa yang kamu ucap adalah benar adanya, karena aku tau kamu udah bahagia disana bersama kekasihmu. Kekasih yang kamu selalu pamerkan di setiap sosial mediamu, dan aku hanya bisa bahagia melihatnya. Meskipun hanya berpura-pura.
                Mungkin semua itu hanyalah ilusi semata, atau aku yang memang menganggap semua itu berlebihan. Entahlah, semua perkataan manismu yang udah aku capture sepertinya akan menjadi bukti dan berbicara bahwa kata ‘berlebihan’ itu tidak ada. Atau mungkin kamu yang menganggap semua itu adalah hal yang wajar ketika sepasang mantan kekasih yang sudah lama tidak bertemu dan mengungkapkan rindu sementara aku tidak. Bukan tidak rindu, tapi tidak untuk kamu yang sudah memliki kekasih saat itu.
                Aku masih ingat ketika betapa mudahnya kamu datang dan pergi saat itu. Menghubungiku ketika kamu rindu dan mendatangiku ketika kamu ingin bertemu. Aku yang pada saat itu memang selalu seperti tidak ada rasa yang tertahan, cuek, bahkan tidak peduli dihadapanmu adalah robot yang patuh pada si pembuatnya. Menanggapi semua celotehanmu, mendengarkan semua keluhanmu tentang si dia. Ketahuilah sayang, aku adalah orang yang pandai berpura-pura kecuali mencintaimu.
                Akupun tidak berniat untuk mengetahui tentang bagaimana hubungan kalian, apa yang kamu share di media sosialmu, bahkan dimana tempat yang kamu kunjungi dengan si dia.
                Kamu datang. Iya, kali ini aku berada dimasa puncakku. Dan kali ini juga aku tidak tahu bagaimana dengan kekasihmu ketika dia tau kamu sengaja datang menemuiku. Aku yang dulunya mengira bahwa semua kata rindumu adalah klise belaka, kini kamu memang datang untukku. Oh iya, maksutku untuk melupakan rasa sakit pada masa lalumu, yang aku tau kenyataan memang tidak selalu indah.
Aku yang pada saat itu bertingkah layaknya teman wanitamu adalah hal yang tidak begitu sulit untuk aku lakukan, kita bercerita tentang kita yang dulu, bercanda, tertawa, bahkan udah berani untuk mengejek satu sama lain. Tidak tertinggal senyum, senyum yang bahkan hampir aku lupa bagaimana bentuknya karena jarak yang layaknya berbeda pulau. Tidak terlupa, bahwa aku adalah wanita yang pandai berpura-pura kecuali mencintaimu.
                Berat untuk percaya rasanya bahwa semua itu akan terjadi juga. Aku mulai mencoba membiarkan hati ini untuk bahagia selayaknya merpati yang selalu ingin terbang bebas tanpa lupa akan rumah pulang. Aku yang tau kamu sudah sendiri, mencoba untuk membuka hati meskipun tidak untuk hal yang dulu terulang kembali. Namun sayang, rasa itu berlalu cepat dengan begitu saja. Bodoh, seharusnya aku tau semua ini akan kembali.
                Dengan tanpa permisi, kini kamu membiarkan aku untuk seperti dulu lagi. Aku yang tidak tau menau tentang kabarmu, tidak khawatir tentang apa yang akan terjadi dengan mu, aku yang bersembunyi dari kecemasanku. Aku dan kamu yang memang sudah sepantasnya terpisah. Mungkin memang benar, kamu datang untuk pergi. Kamu datang hanya untuk memberikan rasa manis yang dulu pernah hilang dan membiarkan manis itu pergi lagi.
                Begitu banyak pertanyaan yang muncul ketika hadirmu yang ada hanya sekilas layaknya hujan yang meninggalkan jejak. Tawa dan canda yang kita buat tanpa sengaja seperti hanya untuk menenangkan jiwa lalu meninggalkan kenangan, hampa, hilang dan tak tersisa. Malam begitu pekat, mencoba untuk melupakan segala kenangan yang mungkin sengaja kau tanam. Mencoba untuk memaafkan diri akan harapan tinggi yang tak tercapai oleh hati. Mencoba untuk tetap tenang dan melanjutkan tidur walaupun kamu begitu lekat didalamnya.

                Esok hari, aku akan terbangun dengan harapan kamu akan bahagia dengan pilihanmu. Aku bahkan tidak tau cara untuk memelukmu selain dengan mendoakanmu. Aku akan bangun dengan yakin bahwa dunia ini memang luas, tidak hanya kamu didalamnya, tidak hanya kamu yang berbaris rapi. Kemudian aku akan pergi keluar untuk melihat birunya langit dengan harapan terbang jauh, tinggi, dan lepas seperti merpati yang kini aku tau dimana aku harus pulang. Kamu tidak perlu mengemis untuk maafmu, biarkan semua itu terjadi. Semoga kamu lekas tau dimana arah pulangmu. 


dari,
bintang yang tidak pernah 
meninggalkan malam
awan yang tidak pernah
meninggalkan langit
serta...
aku yang tidak pernah
meninggalkan kamu.

Unknown
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (disingkat Babel) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terdiri dari dua pulau utama yaitu Pulau Bangkadan, Pulau Belitung serta pulau-pulau kecil seperti P. Lepar, P. Pongok, P. Mendanau dan P. Selat Nasi. Total pulau yang telah bernama berjumlah 470 buah dan yang berpenghuni hanya 50 pulau. Bangka Belitung terletak di bagian timur Pulau Sumatera, dekat dengan Provinsi Sumatera Selatan. Bangka Belitung dikenal sebagai daerah penghasil timah, memiliki pantai yang indah dan kerukunan antar etnis. Ibu kota provinsi ini ialahPangkalpinang. Pemerintahan provinsi ini disahkan pada tanggal 9 Februari2001. Setelah dilantiknya Pj. Gubernur yakni H. Amur Muchasim, SH (mantan Sekjen Depdagri) yang menandai dimulainya aktivitas roda pemerintahan provinsi.
Selat Bangka memisahkan Pulau Sumatera dan Pulau Bangka, sedangkan Selat Gaspar memisahkan Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Di bagian utara provinsi ini terdapat Laut Cina Selatan, bagian selatan adalah Laut Jawa dan Pulau Kalimantan di bagian timur yang dipisahkan dari Pulau Belitung oleh Selat Karimata.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebelumnya adalah bagian dari Sumatera Selatan, namun menjadi provinsi sendiri bersama Banten dan Gorontalo pada tahun 2000. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tanggal 21 November 2000 yang terdiri dari Kabupaten Bangka, Kabupaten Belitung dan Kota Pangkalpinang. Pada tahun 2003 berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tanggal 23 Januari 2003 dilakukan pemekaran wilayah dengan penambahan 4 kabupaten yaitu Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan dan Belitung Timur. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan pemekaran wilayah dari Provinsi Sumatera Selatan.












Tradisi dan kebudayaan Bangka Belitung
1.      Nganggung
Acara makan bersama ini erat kaitannya dengan simbol kebersamaan dan kental dilakukan di masyarakat Bangka Belitung. Salah satunya penduduk di Desa Irat, Kecamatan Payung, Bangka Selatan. Tradisi turun temurun tersebut itu diselenggarakan sebagai pesta panen padi dan berlangsung sekali dalam setahun.
Makanan diletakkan di atas dulang yang ditutup tudung saji. Kemudian dulang-dulang ini dibawa ke masjid. Setelah doa bersama, makanan pun disantap bersama-sama.  Tradisi yang sama juga terdapat di Kota Pangkalpinang. Bisanya tiap keluarga membawa satu dulang dan dilakukan saat upacara keagamaan seperti Lebaran dan Idul Adha. 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2qB2pP472sc0C6EWCN6tdVEoi2JjfrajCLNzZc6s24OKXSUQx-RHcoN0eN3B6_jOdxKD5rJxyviNRlS-KMWOpqd8xCELv2sEAUaMEVLv0AA5IgSDr0oa3FIXP-YwfGY2h9-iWzOFI_y2z/s1600/20120713tradisi-nganggung.jpg

2.       Kawin massal (nikah massal)
Kawin massal adalah salah satu tradisi yang ada di desa serdang, kecamatan Toboali, Bangka Selatan. Tradisi ini cukup terbilang unik karena kebudayaan ini tidak ada duanya. Tradisi ini menjadi potensi wisata yang harus dilestarikan agar tradisi ini tetap ada sampai anak cucu kita.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdNj28Spkxz-6cp_9fwd0hygnHGo4Wn7Mmp-zvx8oNB59y36kRWkNm0NAel8tlLeq1c8ZSyux4wByC_ILHHrtwJai_esa3CWOoSnJi_19cEdu6K5p2Q5AqUC2r87mQFZN7XVzfcZ9z3Xas/s1600/2d.JPG










3.       Buang Jong
Buang Jong berasal dari dua suku kata. Buang artinya membuang; dan Jong artinya adalah Jong (sejenis perahu). Dengan kata lain Buang Jong berarti membuang atau melayarkan perahu Jong ke laut, dalam ritual tradisi ini adalah miniatur perahu. Melalui upacara ritual tradisi Buang Jong dengan tujuan meminta perlindungan dan keselamatan, sehingga mereka akan terhindar dari bencana saat mereka berlayar ke laut lepas untuk menangkap ikan sebagai mata pencaharian mereka. Prosesi ini akan berlangsung 3 hari dan malam, sesuai dengan kondisi kebiasaan upacara yang harus dipenuhi. Semua proses upacara dipimpin oleh seorang dukun atau pemimpin adat masyarakat Suku Sawang. Tradisi Buang Jong sendiri berakhir dengan sebuah miniatur kapal dilayarkan dengan berbagai macam sesaji ke laut.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4FuNPfvPPHGevT_jtOf8-yRDfRLr6-0oJB7MoJ_UKUbWHHvwaYzApZjDGnVWk6ars2raLLh4hV4OwYMKv3HzrgjEuQaz2zA3Zj-Yl-BpEStz3aC8pZAeb9UXQwou4VaDmLKKZGTLUZuoO/s1600/FOTO+TRADISI+BUANG+JONG+(3).JPG

4.       Perang Ketupat
Perang ketupat merupakan salah satu ritual upacara masyarakat pantai pasir kuning, tempilang, bangka barat. Upacara ini di maksudkan untuk memberi makan mahkluk halus yang dipercaya bertempat tinggal di daratan. menrut para dukun mahkluk halus itu bertabiat baik dan menjaga masyarakat tempilang dari roh'' jahat. Oleh karena itu mereka harus tetap diberi makan agar tetap bersikap baik terhadap warga. Saat acara berlangsung gak ada yang tahu pasti kapan acara ini d mulai, tapi banyak asumsi dari masyarkat bahwa acara ini sudah ada sejak gunung krakatau meletus pada pada tahun 1883. Tapi ada juga yang mengatakan bahwa acara ini sudah ada sejak penjajahan portugis.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhAFC1Ph5UKSvoNMI1WDp4cfS8iG05u9VCNyRA4B7lrXG2Lcq87TZ5Zmb62dGmSEJQH4rWwaxyRW19Ow2WNuHtWTMZQaQFOD5ODUMQETQ2y-XQfJO7TYeyrgQp1L0FZLq6W7UVny5yCgOJ/s1600/p4eddce544fe2c.jpghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6JbXHUbbiqyUjzpZ97M6M15iOfbc-oKIyrTC4l8VApY614Q8ikCju4jW1wweLLrc6O_XcMS-Tel95ej7HqOlEA1HvU3Db5qPcXSZHWxx5435o1gNjnXH8iOaJxjWmTDSd6EAFrzqH9cvD/s1600/perang+ketupat.jpg










5.       Upacara Adat Rebo Kasan
Upacara adat Tolak Bala disimbolkan dengan ‘Ketupat Lepas’ atau ‘Air Wafa’ yang dilaksanakan secara turun temurun oleh penduduk desa Air Anyir, kecamatan Merawang. Merupakan agenda tahunan setiap tanggal 24 safar (hijriyah).
http://www.bangka.go.id/images/content/pict4291_277.jpg

6.       Sepintu Sedulang
Jiwa gotong royong masyarakat Bangka cukup tinggi. Semua ini berjalan dilandasi dengan adanya jiwa Sepintu Sedulang, dapat ditandai pada saat acara-acara adat, panen lada, peringatan hari besar keagamaan, perkawinan, dan kematian.
pict9080_277

7.       Sembahyang Kubur (Festival QingMing)
Festival Qingming di Indonesia lebih dikenal sebagai Cheng Beng (bahasa Hokkien) adalah ritual tahunan etnis Tionghoa untuk bersembahyang dan ziarah ke kuburan sesuai dengan ajaran Khonghucu. Festival tradisional Cina ini jatuh pada hari ke 104 setelah titik balik Matahari pada musim dingin (atau hari ke 15 dari hari persamaan panjang siang dan malam pada musim semi), pada umumnya jatuh pada tanggal 5 April, dan setiap tahun kabisat, Qing Ming jatuh pada tanggal 4 april.
http://i.telegraph.co.uk/multimedia/archive/01864/Bowing_1864893i.jpg




8.       Selikur
Selikur adalah tradisi di Bangka Belitung pada saat satu minggu sebelum Hari Raya Idul Fitri. Selama satu minggu sampai malam Takbiran orang-orang di Bangka Belitung menghidupkan lampu minyak di depan rumah mereka. Biasanya pada hari pertama, lampu minyak yang dihidupkan satu buah, kemudian bertambah satu lagi pada hari keduanya. Begitu seterusnya sampai pada hari ketujuh atau malam takbiran lampu minyak yang dihidupkan sebanyak tujuh buah. Pada masa sekarang, sering sekali diadakan perlombaan kreasi lampu likur antar desa di Bangka Belitung. Ada yang dibentuk menyerupai masjiddan sebagainya, biasanya lampu likur hasil kreasi warga ini diletakkan di pintu gerbang desa masing-masing.
http://images.solopos.com/2012/08/0907-malem_selikur_-_yok.jpg

9.       Ruwahan
Ruwahan atau sedekah ruah merupakan upacara penyambutan terhadap kedatangan bulan suci Ramadhan. Ruwahan dilakukan pada pertengahan bulan Sya'ban sehingga sering disebut dengan Nisfu Sya'ban, pada bulan ini masyarakat biasanya melakukan acara bersih kubur dan ziarah ke kuburan keluarga masing masing. Pada pekan pekan pertengahan bulan Sya'ban masyarakat melaksanakan acara sedekah ruah dengan menyiapkan makanan, biasanya tidak ketinggalan gulai Ayam atau daging Sapi untuk disantap bersama baik oleh keluarga maupun oleh tetangga sekitarnya. Tradisi ini merupakan bentuk penghormatan terhadap arwah orang yang sudah meninggal dan merupakan warisan dari Hinduisme.
http://www.pesantrenglobal.com/wp-content/uploads/2013/07/Ruwahan-Mendak-Dlanggu-3.jpg












10.    Nuju Jerami
Tradisi Nuju Jerami merupakan salah satu bentuk rangkaian pesta adat yang bertepatan dengan panen padi. Budaya ini sebagai ungkapan wujud syukur dan permohonankepada Tuhan Sang Pencipta alam semesta atas berlimpahnya panen pad yang didapat saat itudan dimasa yang akan datang.   Esensi utama ritual adat ini adalah menumbuk padi sebanyak tujuh kali, sehingga oleh masyarakat Bangka Belitung disebut dengan Nuju (tujuh) dan jerami sebagai sebutan untuk padi yang ditumbuk didalam lesung ( tempat menumbuk padi yang terbuat dari kayu ).

http://www.radarbangka.co.id/gambar/berita-pesta-adat-nuju-jerami-warga-dilarang-sajikan-daging-dan-ketan-21669_a.jpg http://bangka.tribunnews.com/foto/bank/images/prosesi-jerami1.jpg
11.   Kongian
Adalah sebutan lain untuk Tahun Baru Imlek dalam dialek Hakka (Khe). Sejarahnya Imlek dirayakan untuk merayakan datangnya musim semi. Namun pada saat musim semi itu konon datang binatang buas yang disebut nian (ngian, nyan) dari gunung atau laut untuk mengganggu manusia. Maka manusia mengenakan pakaian warna merah dan membuat kebisingan dengan menyalakan petasan untuk mengusir nian. Oleh karena itu Imlek disebut juga Kongian yang berarti "mengusir/melewati nian". Di Indonesia sebutan kongian lebih umum digunakan daripada kata Imlek atau Sin Cia di daerah-daerah yang berpopulasi warga suku Hakka yang signifikan. Nian dimanifestasikan dalam bentuk barongsai (samsi).

http://i.ytimg.com/vi/m257QryhZOs/hqdefault.jpg

12.   Nirok Nanggok
Merupakan wujud kearifan lokak masyarakat Belitung ekosistem sungai. Ritual ini merupakan cara menangkap ikan secara massal di Lemong Titi Jemang, Desa Kembiri, Kecamatan Membalong, pada musim kemarau. Prosesi ini dipimpin oleh seorang Dukun Aik melalui tahap-tahap tertentu dengan aturan-aturan adat yang tidak boleh dilanggar. Alat adat ini berupa tirok dan tanggok.

http://disparekraf.belitungkab.go.id/asset/objek-wisata/2c803-1.jpg