“Ra”
sebutan itu tiba-tiba melekat erat di kepalaku.
Untaian kata, rasa, dan rindu serta hasrat untuk bertemu yang sengaja
kamu utarakan pada beberapa malam itu. Sulit rasanya untuk percaya bahwa apa
yang kamu ucap adalah benar adanya, karena aku tau kamu udah bahagia disana
bersama kekasihmu. Kekasih yang kamu selalu pamerkan di setiap sosial mediamu, dan
aku hanya bisa bahagia melihatnya. Meskipun hanya berpura-pura.
Mungkin
semua itu hanyalah ilusi semata, atau aku yang memang menganggap semua itu
berlebihan. Entahlah, semua perkataan manismu yang udah aku capture sepertinya
akan menjadi bukti dan berbicara bahwa kata ‘berlebihan’ itu tidak ada. Atau
mungkin kamu yang menganggap semua itu adalah hal yang wajar ketika sepasang
mantan kekasih yang sudah lama tidak bertemu dan mengungkapkan rindu sementara
aku tidak. Bukan tidak rindu, tapi tidak untuk kamu yang sudah memliki kekasih
saat itu.
Aku masih ingat ketika betapa mudahnya kamu datang dan pergi saat itu. Menghubungiku ketika kamu rindu dan mendatangiku ketika kamu ingin bertemu. Aku yang pada saat itu memang selalu seperti tidak ada rasa yang tertahan, cuek, bahkan tidak peduli dihadapanmu adalah robot yang patuh pada si pembuatnya. Menanggapi semua celotehanmu, mendengarkan semua keluhanmu tentang si dia. Ketahuilah sayang, aku adalah orang yang pandai berpura-pura kecuali mencintaimu.
Akupun
tidak berniat untuk mengetahui tentang bagaimana hubungan kalian, apa yang kamu
share di media sosialmu, bahkan dimana tempat yang kamu kunjungi dengan si dia.
Kamu
datang. Iya, kali ini aku berada dimasa puncakku. Dan kali ini juga aku tidak
tahu bagaimana dengan kekasihmu ketika dia tau kamu sengaja datang menemuiku. Aku
yang dulunya mengira bahwa semua kata rindumu adalah klise belaka, kini kamu
memang datang untukku. Oh iya, maksutku untuk melupakan rasa sakit pada masa
lalumu, yang aku tau kenyataan memang tidak selalu indah.
Aku yang pada saat itu
bertingkah layaknya teman wanitamu adalah hal yang tidak begitu sulit untuk aku
lakukan, kita bercerita tentang kita yang dulu, bercanda, tertawa, bahkan udah
berani untuk mengejek satu sama lain. Tidak tertinggal senyum, senyum yang
bahkan hampir aku lupa bagaimana bentuknya karena jarak yang layaknya berbeda
pulau. Tidak terlupa, bahwa aku adalah wanita yang pandai berpura-pura kecuali
mencintaimu.
Berat untuk percaya rasanya bahwa semua itu akan terjadi juga. Aku mulai mencoba membiarkan hati ini untuk bahagia selayaknya merpati yang selalu ingin terbang bebas tanpa lupa akan rumah pulang. Aku yang tau kamu sudah sendiri, mencoba untuk membuka hati meskipun tidak untuk hal yang dulu terulang kembali. Namun sayang, rasa itu berlalu cepat dengan begitu saja. Bodoh, seharusnya aku tau semua ini akan kembali.
Dengan
tanpa permisi, kini kamu membiarkan aku untuk seperti dulu lagi. Aku yang tidak
tau menau tentang kabarmu, tidak khawatir tentang apa yang akan terjadi dengan
mu, aku yang bersembunyi dari kecemasanku. Aku dan kamu yang memang sudah
sepantasnya terpisah. Mungkin memang benar, kamu datang untuk pergi. Kamu datang
hanya untuk memberikan rasa manis yang dulu pernah hilang dan membiarkan manis
itu pergi lagi.
Begitu
banyak pertanyaan yang muncul ketika hadirmu yang ada hanya sekilas layaknya
hujan yang meninggalkan jejak. Tawa dan canda yang kita buat tanpa sengaja
seperti hanya untuk menenangkan jiwa lalu meninggalkan kenangan, hampa, hilang
dan tak tersisa. Malam begitu pekat, mencoba untuk melupakan segala kenangan
yang mungkin sengaja kau tanam. Mencoba untuk memaafkan diri akan harapan
tinggi yang tak tercapai oleh hati. Mencoba untuk tetap tenang dan melanjutkan
tidur walaupun kamu begitu lekat didalamnya.
Esok
hari, aku akan terbangun dengan harapan kamu akan bahagia dengan pilihanmu. Aku
bahkan tidak tau cara untuk memelukmu selain dengan mendoakanmu. Aku akan
bangun dengan yakin bahwa dunia ini memang luas, tidak hanya kamu didalamnya,
tidak hanya kamu yang berbaris rapi. Kemudian aku akan pergi keluar untuk
melihat birunya langit dengan harapan terbang jauh, tinggi, dan lepas seperti
merpati yang kini aku tau dimana aku harus pulang. Kamu tidak perlu mengemis
untuk maafmu, biarkan semua itu terjadi. Semoga kamu lekas tau dimana arah pulangmu.
dari,
bintang yang tidak pernah
meninggalkan malam
awan yang tidak pernah
meninggalkan langit
serta...
aku yang tidak pernah
meninggalkan kamu.
Posting Komentar