Unknown
1. Floating City




Pernahkah kalian membayangkan kota terapung di laut ? Jauh dari keramaian dan keruwetan kota, melainkan seperti wonderland impian masa kanak-kanak dan tentu saja sejalan dengan konsep desain kota masa depan yang mesti ramah lingkungan. Seorang desainer mencoba menuangkan ide kota terapung itu dan memenangkan sebuah kontes desain mengenai kelautan. “The Floating City” didesain oleh Andras Gyorfi, bisa jadi adalah solusi terbaik untuk penggemar petualangan di laut atau mungkin bagi banyak orang yang memimpikan terbebas dari keruwetan hidup di kota untuk menikmati hidup yang simple di laut. Gyorfi - pemenang pertama kontes desain Seastead, berhasil menuangkan ide itu dengan baik. Desainnya meliputi fasilitas rekreasi seperti kolam renang yang luas, amphitheater outdoor, helipad, dan dermaga. Konsep “The Swimming City” dengan nuansa warna soft earth dan taman di atas atapnya, seperti mimpi masa kanak-kanak seperti halnya kebutuhan masa kini untuk hidup ramah dengan lingkungan. Di tiap sudutnya, kota yang menyenangkan ini penuh dengan detil arsitektur yang bikin surprise. Tiap area dari wonderland terapung ini bisa dengan mudah diakses melalui jalan-jalan setapak yang cantik, demikian juga jendela-jendela bangunannya yang bentuk dan ukurannya bervariasi menambah karakter uniknya.
Unknown
1. Hijab Nyaman Anti Panas
Sebuah perusahaan bernama Veil menemukan inovasi terbaru hijab yang dapat tahan dengan segala cuaca. Tentunya hal berikut menjadi kabar baik bagi para wanita pengguna hijab. Pasalnya kenyamanan penggunaan hijab selama ini memang sangat tergantung dengan kondisi cuaca. Hijab inovasi dari Veil ini menjawab tantangan cuaca dengan komposisi bahan yang diklaim tahan akan air dan dapat memantulkan panas sinar matahar dilansir dari kompas.
Dengan teknologi modern terkini, teriknya sinar matahari yang terpancar tak akan diserap oleh bahan yang digunakan. Teknologi canggih ini juga dapat menyebabkan suhu pada bagian kepala lebih nyaman. Kabar baiknya lagi selain tahan air dan dapat memantulkan panas, hijab inovasi terbaru ini juga memiliki elastisitas tinggi untuk bisa mencegah kusut, tak berbau saat berkeringat, mudah dicuci, serta tahan lama.
Dengan teknologi modern terkini, teriknya sinar matahari yang terpancar tak akan diserap oleh bahan yang digunakan. Ahmed Ghannem (22) sang penemu inovasi hijab terbaru ini mengatakan pada Buzzfeed, “Saya ingin terus berinovasi, berevolusi, dan mengubah pandangan orang tentang hijab. Wanita-wanita ini adalah yang terkuat dan tegar. Mereka berhak atas segalanya, Banyak pelecehan verbal terhadap mereka yang tak adil dan salah. Saya harap label ini dapat menginspirasi mereka dan dapat mewujudkan jadi apa yang mereka mau.”
Hijab inovasi terbaru ini sendiri belum diluncurkan dan masih dalam proses percobaan. Kelak akan ada tiga nuansa warna yang disuguhkan, yakni putih, hitam, dan biru.
Disadur dari Metroterkini.com (16/6/2015).
ANALISA
1. Hijab Nyaman Anti Panas merupakan inovasi yang kreatif sebab menunjang segi kenyamanan dalam upaya para wanita muslimah menjalankan kewajiban agama Islam, yang dalam segi psikologis, hijab sendiri memberikan dampak introspektif bagi wanita dan perlindungan dari serangan luar yang tidak diinginkan.
2. Hijab Nyaman ini memiliki prospek jangka panjang yang kuat atas segmentasi pasar untuk kebutuhan wanita muslim yang secara kuantitas akan terus meningkat angka natalitasnya dan perubahan kewajiban sesuai jaman. Didukung oleh perubahan iklim dan cuaca yang ekstrim, kenyamanan dan kesehatan kepala yang ditutupi semakin diutamakan.
3. Hijab Nyaman ini akan memperoleh tantangan berupa kompetitor dengan bahan dasar yang sama namun berbeda merk, kesulitan bahan baku (mengingat beberapa berasal dari alam), serta pencurian hak paten dan ide atas nama inovasi tersebut.
2. Bra Penampung ASI
Sebuah bra hitam, yang terpasang menutupi payudara tiruan pada sebuah manekin, melengkapi pameran karya siswa di stan SMAN 6 Kota Yogyakarta. Karya yang dipamerkan di ajang Jogja Edu Expo di Taman Pintar Yogyakarta pada pertengahan Juni lalu itu, bernama “Bra Penampung ASI”. Pencipta karya ini adalah Devika Asmi Pandanwangi, pelajar kelas XII program IPA SMAN 6 Kota Yogyakarta. Bra penampung ASI mengantarkan Devika menyabet Juara I National Young Inventor Awards, yang diadakan oleh LIPI pada 2012 lalu. Karya ini lalu diikutsertakan dalam ajang International Exibition for Young Inventor (IEYI) di Malaysia pada awal Mei 2013 lalu.
Kreativitas Devika membuat karyanya panen penghargaan. Anak pertama dari tiga bersaudara ini menyabet medali perak kategori Best Inventor dan penghargaan Special Award. Berkat karya ini pula, pada awal Juni lalu dia terbang ke London, Inggris. “Saya diundang ikut Program Outstanding Students for the World (OSTW),” kata dia kepada Tempo, Sabtu, 19 Juni 2013.
Ide membuat bra penampung ASI ini dilatarbelakangi keprihatinan Devika saat melihat ibunya. Saat ibunya baru saja melahirkan adiknya yang kedua, Devika sering melihat ibunya harus membuang ASI. Ini lantaran ASI ibunya berlimpah. Di sisi lain, ibunya terkadang harus berpisah dengan si bayi. “Dari situlah saya jadi dapat ide ini,” kata anak pertama dari tiga bersaudara tersebut.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Penelitian dan Pengembangan SMAN 6 Kota Yogyakarta Rudi Prakanto mengatakan, karya buatan Devika ini sedang diupayakan untuk mendapatkan paten. Upaya pendaftaran paten Bra Penampung ASI dilakukan oleh SMAN 6 Kota Yogyakarta setelah Devika menyabet penghargaan di Malaysia pada awal Mei lalu. “Kami ingin karya ini bisa diproduksi massal,” ujar dia.
Disadur dari Tempo.com (19/6/2013).
ANALISA
1. Bra Penampung ASI ini merupakan terobosan yang membuat asupan gizi bayi menjadi semakin efektif. Secara psikologis, wanita karier yang memiliki bayi baru lahir akan merasa lebih lega dan nyaman (mudah) ketika ada penampung ASI yang menyatu dengan bra yang ia gunakan, sehingga produksi ASI pada masa paska natal tidak terbuang mubazir. Terlebih ketika si ibu yang memiliki tingkat mobilitas padat tidak perlu cemas akan kebutuhan gizi ASI bagi bayinya.
2. Sepanjang di dunia ini suatu kelahiran masih berlangsung, kebutuhan para ibu pun akan tetap diperhatikan. Prospek jangka panjang yang kenal usia, waktu, dan tempat membuat produk ini menjadi barang yang wajib dimiliki bagi ibu yang bermobilitas tinggi.
3. Tantangan terhadap produk ini ialah kesulitan bahan baku untuk pembuatan, iklan & komersialisasi yang kurang efektif akan memperlambat pemasaran, serta pencurian hak paten.
3. Gelas Tuna Netra
Bunyi cuit, cuit, cuit, terdengar begitu air yang dituangkan dalam gelas sampai pada batas maksimal yang ditentukan. Tak sampai 5 detik sejak air dituangkan, alarm berbunyi. Persis seperti suara burung, tapi bukan seekor burung hidup. Itu hanya suara tiruan yang keluar dari balik bungkusan kotak kecil berwarna kombinasi biru dan merah muda. Di dalamnya ada seperangkat alat detektor yang menghasilkan bunyi. Simpel dan murah.
Simpel karena cara membuatnya sangat sederhana dan mudah diaplikasikan bagi yang membutuhkan. Murah, lantaran cukup membutuhkan modal puluhan ribu, alat sudah jadi. Lewat karya sederhana itu, justru menghasilkan penghargaan tingkat internasional.
“Saya beli boneka seharga Rp 20-30 ribu yang ada sensor bunyinya. Kebetulan saya pilih yang bunyi burung,” kata Nadya Almass Lutfiahardha Arief, peraih medali perunggu dalam ajang International Exhibition for Young Inventors 2012 di Thailand kepada Tempo, Rabu, 26 Juni 2013.
Ide ini berawal saat membaca buku sejarah tentang huruf braille atau sejenis sistem tulisan sentuh yang digunakan oleh tunanetra. Terinspirasi temuan Louis Braille, seorang Prancis yang mengalami kebutaan sejak kecil sekaligus pencipta tulisan braille, Nadya mulai berpikir bagaimana agar tunanetra juga tahu bahwa air yang akan diminumnya tidak tumpah.
Pikiran ini menggelayut kala ia duduk di kelas IV sekolah dasar. Serangkaian diskusi pun segera dilakukan hingga terbersit untuk memanfaatkan bunyi-bunyian dari boneka. Karena di-setting untuk kebutuhan tunanetra, yang dibutuhkan adalah kekuatan suara sebagai pemandu atau alarm pengingat.
Bermodalkan uang saku, Nadya bergegas membeli boneka burung di pasaran. Perut burung lantas dibuka untuk mengambil komponen detektor sebagai sensor bunyi. Nadya tak sendiri. Ia juga melibatkan teman dan guru pembimbing.
Dari “jeroan” burung itu, tim mencari rangkaian speaker dan sensor sentuh yang terdiri dari dua alur. Rangkaian speaker dibuka untuk diambil alur positif (+) dan negatif (-). Kabel hitam disolder di alur (+) dan kabel merah disolder di alur (-). Setelah “dioperasi’, rangkaian dikembalikan seperti semula dan menyisakan dua kabel yang berada di luar rangkaian. Dua kabel itu ditekuk hingga memungkinkan untuk dikaitkan pada gelas. Dengan cara ini, ujung kabel berkutub (+) dan (-) menempel pada bagian dalam gelas. “Teman saya yang bagian solder-solder, dia lebih tahu sistem elektronya,” kata Nadya.
Cara kerjanya, air dituangkan ke dalam gelas. Saat air hampir mencapai ujung gelas, permukaan atas air menyentuh terlebih dahulu kedua ujung kabel (+) dan (-). Secara otomatis, terdengar bunyi cuit, cuit, cuit dari rangkaian speaker yang dibalut kotak kecil tadi. Menurut Ria Eka Lestari, guru pembimbing penelitian, suara ini muncul karena air bersifat sebagai konduktor listrik. Ketika air menyentuh kutub (+) dan (-) sekaligus, elektron mengalir dan menghasilkan energi listrik hingga merambat ke rangkaian speaker.
Air, kata dia, sebagai pengganti sakelar. Karena muncul bunyi cuit, cuit, cuit sebagai pertanda air sudah menyentuh batas maksimal, kata Tari, “Orang buta tahu bahwa airnya tidak akan tumpah karena alarm berbunyi.”
Kombinasi antara gelas dan suara sebagai penanda alarm untuk tunanetra ini melahirkan istilah Braille Glass. Cara kerja Braille Glass juga mengadopsi alarm pada bath tub di kamar mandi. Menurut dia, bath tub di luar negeri dilengkapi dengan alarm guna mengantisipasi air luber. Begitu air sudah di ambang batas maksimal, alarm berbunyi.
Dibutuhkan waktu sekitar 1,5 bulan menyusun konsepnya hingga alat ini jadi. Karya ini sempat meraih juara I di tingkat Kabupaten Gresik. Temuan ini lantas dilombakan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia pada 2011 dalam ajang National Young Inventor Awards.
Sayangnya, keberuntungan belum memihak Nadya dan tim SD Muhammadiyah Manyar, Kabupaten Gresik, itu. Sebab, karya yang diikutsertakan dalam lomba yang diadakan oleh LIPI itu harus sulit agar terbentuk pola pikir yang sulit, kendati karya itu belum tentu mudah diaplikasikan langsung pada masyarakat.
Kendati gagal menggondol gelar, LIPI merekomendasikan mereka ikut ajang International Exhibition for Young Inventors (IEYI) tahun 2012 di Thailand. Dalam lomba di Thailand, kata Tari, panitia mensyaratkan karya harus mudah diaplikasikan dan bermanfaat langsung pada masyarakat.
Gagal di tingkat nasional, karya ini berhasil menggondol medali perunggu di tingkat internasional. Menurut Tari, panitia IEYI 2012 kepincut dengan karya Nadya yang dianggap sederhana, simpel, murah, tapi sangat bermanfaat bagi tunanetra dan mudah diaplikasikan. Menyabet juara III dalam ajang itu adalah satu prestasi membanggakan.
Disadur dari Tempo.com (26/6/2013).
ANALISA
1. Gelas Braille merupakan inovasi kreatif dari gelas biasa menjadi gelas “luar biasa” bagi mereka yang juga luar biasa. Air yang masuk ke gelas akan memantulkan sensor bunyi yang memberi peringatan penuhnya air.
2. Prospek jangka panjang gelas Braille akan terasa stabil mengingat gelas ini hanya dibutuhkan bagi penyandang tuna netra saja.
3. Tantangan hak paten & ide merupakan pekerjaan terbesar bagi inovator gelas braille mengingat latar belakang kesederhanaan produksi.
Disusun Oleh :
Anas Fadhlurohman / 11514005
Anastasia Saraswati / 11514013
Casuarino Febrian / 12514290
Citra Ayudya Nirmala / 12514435
Fairy Syawala / 13514807
Tiara Safitra / 1A514761
Unknown
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sebagaimana kita tahu bahwa tanpa kita sadari secara langsung maupun tidak langsung manusia selalu berhubungan dengan antar makhluk hidup sejenis maupun dengan lingkungan sekitar. Dengan melakukan hubungan antar mahkluk hidup yang sejenis tersebut, manusia memerlukan cara untuk berinteraksi dengan baik, dan media yang paling baik dalam hal tersebut adalah dengan proses hubungan antar individu atau biasa disebut dengan bahasa. Dalam pembelajaran bahasa ada beberapa teori yang mempunyai perbedaan dalam pendapat masing-masing, dan merekan mempunyai dasar yang mampu menguatkan pendapat mereka.Adapun kelompok yang berpendapat tentang teori belajar bahasa, pertama teori behavioris yang berorientasi pada psikologi behaviorisme, yang kedua teori generatif yang berdasarkan pada teori nativisme dan teori kognitivisme, dan yang ketiga teori fungsional yang mengacu pada teori psikologi konstruktivisme. Sebagai makhluk hidup tentunya tidak hanya bahasa yang diperlukan dalam hidup, melainkan belajar juga yang diperlukan dalam hidup.Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk melakukan suatu perubahan tingkah laku baik dalam pengetahuan, keterampilan, maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman individu.

B.     Perumusah Masalah
1.      Bagaimanakah proses perkembangan bahasa anak bisa berlangsung?


C.    Tujuan Penulisan
Pada dasarnya setiap anak memiliki potensi untuk berbahasa dan belajar yang mana potensi kebahasaan itu akan tumbuh dan berkembang jika fungsi lingkungan diperankan dengan baik. Dengan demikin, jelas bahwa dalam proses perkembangan bahasa lingkungan sekitar sangat berpengaruh, terutama lingkungan keluarga yang dalam hal ini memiliki peranan yang sangat penting. Perolehan bahasa, pertama kali akan terjadi ketika seorang anak mengenal bahasa di lingkungan keluarga. Bahasa yang dikenal dan dikuasai oleh anak yang berasal dari keluarga inilah yang merupakan titik awal perkembangan bahasa anak.
Tujuan penulisan ini adalah agar anak dapat menguasi alat komunikasi atau bahasa dengan baik agar dapat berinteraksi dengan orangtua maupun individu lainnya sehingga dapat dipahami dengan baik pula.


BAB II
PEMBAHASAN

Pemahaman akan berbagai teori pengembangan bahasa dapat memengaruhi penerapan metode implementasi terhadap pengembangan bahasa anak, sehingga diharapkan pendidik mampu mencari dan membuat bahan pengajaran yang sesuai dengan tingkat usia anak. Beberapa teori mengenai hal ini antara lain:
1.      Teori Behariovisme
Teori ini didefinisikan oleh Skinner bahwa pembelajaran dipengaruhi oleh perilaku yang dibentuk oleh lingkungan eksternalnya yaitu dimana  pengetahuan merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungannya melalui pengondisian stimulus yang menimbulkan respons. Perubahan lingkungan pembelajaran dapat memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku anak secara bertahap. Perilaku positif pada anak cenderung akan diulang ketika mendapat dorongan yang sesuai dengan kemampuan anak dari lingkungannya. Latihan untuk anak harus menggunakan bentuk-bentuk pertanyaan (stimulus) dan jawaban (respons) yang dikenalkan secara bertahap, mulai dari yang sederhana sampai pada yang lebih rumit. Pendapat ini diperkuat oleh Jenkins dan Palermo (1964), yang menyatakan bahwa anak mungkin memperoleh kerangka tata bahasa struktur frase dan belajar ekuivalensi stimulus respon yang dapat diganti dalam tiap kerangka. Imitasi merupakan sesuatu yang penting karena untuk menentukan hubungan stimulus respon.
Pendapat para ahli psikologi behaviorisme yang menekankan pada observasi empiric dan metode ilmiah hanya dapat menjelaskan keajaiban pemerolehan bahasa dan ranah kajian bahasa yang sangat luas belum dapat tersentuh dan hanya dapat digali dengan pendekatan yang lebih dalam.
2.      Teori Generatif
Teori ini dibagi menjadi 2 teori yaitu:
a.       Teori Nativisme
Teori ini menjelaskan bahwa pembelajaran bahasa ditentukan oleh bakat dimana sejak manusia lahir sudah memiliki bakat. Eric Lenneberg mendefinisikan bahwa  ahasa itu merupakan perilaku khusus manusia dan bahwa cara pemahaman tertentu, pengkategorian kemampuan, dan mekanisme bahasa lain yang berhubungan ditentukan secara biologis. Chomsky (1965) menyatakan bahwa eksisitensi bakat tersebut bermanfaat untuk menjelaskan rahasia penguasaan bahasa pertama anak dalam waktu yang singkat. Selain itu, Chomsky juga menyatakan bahwa bakat bahasa itu terdapat dalam kotak hitam (black box) yang disebutnya sebagailanguage acquisition device (LAD) atau piranti pemerolehan bahasa. Terdiri atas empat bakat bahasa, yaitu: 
·         Kemampuan membedakan bunyi ujaran dengan bunyi yang lain
dalam lingkungannya.
·         Kemampuan mengorganisasikan peristiwa bahasa ke dalam variasi yang beragam.
·         Pengetahuan adanya sistem bahasa tertentu yang mungkin dan sistem yang lain yang tidak mungkin.
·         Kemampuan untuk tetap mengevaluasi sistem perkembangan bahasa yang membentuk sistem yang mungkin dengan cara yang paling sederhana dari data kebahasaan yang diperoleh.
b.      Teori Kognitivisme
Slobin (1971) mengatakan bahwa dalam semua bahasa, belajar semantic bergantung pada perkembangan kognitif. Urutan perkembangan itu lebih ditentukan oleh kompleksitas semantic daripada kompleksitas struktural. Bloom (1976) menyatakan bahwa penjelasan perkembangan bahasa bergantung pada penjelasan kognitif yang terselubung. Apa yang diketahui anak akan menentukan kode yang dipelajarinya untuk memahami pesan dan menyampaikannya.
3.      Teori Fungsional
Para peneliti mulai melihat bahwa bahasa merupakan manifestasi kemampuan kognitif dan afektif untuk dapat menjelajah dunia, untuk berhubungan dengan orang lain, dan juga untuk keperluan terhadap diri sendiri sebagai manusia. Lebih lagi kaidah generatif yang diusulkan di bawah naungan kerangka nativisme itu bersifat abstrak, formal, eksplisit, dan logis. Meskipun sebenarnya kaidah itu lebih mengutamakan pada bentuk bahasa dan tidak pada tataran fungsional yang lebih dalam dari makna yang dibentuk dari interaksi sosial.
Dengan demikian Agus Sujanto (1996: 26) membagi kemampuan perkembangan bahasa anak menjadi empat masa, yaitu:
1.      Masa Pertama (Umur 1,0-1,6)
Pada masa ini, kata-kata pertama yang di ucapakn oleh anak adalah kelanjutan dari meraban, yang didalamnya terdapat beberapa kata yang di ucapkan juga oleh anak dari bahasa apapun di dunia ini.
2.       Masa Kedua (Umur 1,6-2,0)
Pada masa ini, anak dengan kemampuannya, anak semakin banyak melihat sesuatu dan ingin mengetahui namanya. Oleh krena itu, ia selalu menanyakan nama di antara benda-benda yang kebetulan di temuinya.
3.       Masa Ketiga (Umur 2,0-2,6)
Pada masa ini, anak semakin tampak sempurna dalam menyusun kata-kata. Ia sudah menggunakan awalan dan akhiran, walaupun belum sempurna seperti yang di katakana orang dewasa.
4.      Masa Keempat (Umur 2,6 - Seterusnya)
Pada masa ini, rasa ingin tahu anak terhadap segala sesuatu semakin bertambah, sehingga pada masa ini anak sering bertanya. Kreativitas bertanya anak ini adalah suatu hal yang wajar dan harus kita tanggapi dengan penuh kearifan dan tidak boleh bersifat sinis, apalagi memarahinya. Dan semua itu tidak lain demi perkembangan pikiran dan memperkaya perbendaharaan bahasa anak.

 Penelitian menunjukkan bahwa anak adalah peniru yang baik. Peniruan merupakan strategi yang penting yang digunakan anak dalam pemerolehan bahasa. Kesimpulan itu tidak akurat dalam tataran global. Memang, penelitian menunjukkan bahwa strategi peniruan merupakan strategi yang banyak digunakan pada awal perkembangan bahasa anak.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa proses perkembangan bahasa anak dapat berlangsung dengan baik, apabila di dukung oleh beberapa faktor. Dan adapula beberapa teori yang menjelaskan definisi tentang perkembangan bahasa dan belajar pada anak. Seperti contohnya teori Behaviorisme, Kognitivisme, dan Fungsionalisme. 

Daftar Pusaka
Djamarah, Syaeful Bahri. 2000. Psikologi Belajar Edisi II. Jakarta: Rineka Cipta
Dalyono,  M. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta