Unknown
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sebagaimana kita tahu bahwa tanpa kita sadari secara langsung maupun tidak langsung manusia selalu berhubungan dengan antar makhluk hidup sejenis maupun dengan lingkungan sekitar. Dengan melakukan hubungan antar mahkluk hidup yang sejenis tersebut, manusia memerlukan cara untuk berinteraksi dengan baik, dan media yang paling baik dalam hal tersebut adalah dengan proses hubungan antar individu atau biasa disebut dengan bahasa. Dalam pembelajaran bahasa ada beberapa teori yang mempunyai perbedaan dalam pendapat masing-masing, dan merekan mempunyai dasar yang mampu menguatkan pendapat mereka.Adapun kelompok yang berpendapat tentang teori belajar bahasa, pertama teori behavioris yang berorientasi pada psikologi behaviorisme, yang kedua teori generatif yang berdasarkan pada teori nativisme dan teori kognitivisme, dan yang ketiga teori fungsional yang mengacu pada teori psikologi konstruktivisme. Sebagai makhluk hidup tentunya tidak hanya bahasa yang diperlukan dalam hidup, melainkan belajar juga yang diperlukan dalam hidup.Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk melakukan suatu perubahan tingkah laku baik dalam pengetahuan, keterampilan, maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman individu.

B.     Perumusah Masalah
1.      Bagaimanakah proses perkembangan bahasa anak bisa berlangsung?


C.    Tujuan Penulisan
Pada dasarnya setiap anak memiliki potensi untuk berbahasa dan belajar yang mana potensi kebahasaan itu akan tumbuh dan berkembang jika fungsi lingkungan diperankan dengan baik. Dengan demikin, jelas bahwa dalam proses perkembangan bahasa lingkungan sekitar sangat berpengaruh, terutama lingkungan keluarga yang dalam hal ini memiliki peranan yang sangat penting. Perolehan bahasa, pertama kali akan terjadi ketika seorang anak mengenal bahasa di lingkungan keluarga. Bahasa yang dikenal dan dikuasai oleh anak yang berasal dari keluarga inilah yang merupakan titik awal perkembangan bahasa anak.
Tujuan penulisan ini adalah agar anak dapat menguasi alat komunikasi atau bahasa dengan baik agar dapat berinteraksi dengan orangtua maupun individu lainnya sehingga dapat dipahami dengan baik pula.


BAB II
PEMBAHASAN

Pemahaman akan berbagai teori pengembangan bahasa dapat memengaruhi penerapan metode implementasi terhadap pengembangan bahasa anak, sehingga diharapkan pendidik mampu mencari dan membuat bahan pengajaran yang sesuai dengan tingkat usia anak. Beberapa teori mengenai hal ini antara lain:
1.      Teori Behariovisme
Teori ini didefinisikan oleh Skinner bahwa pembelajaran dipengaruhi oleh perilaku yang dibentuk oleh lingkungan eksternalnya yaitu dimana  pengetahuan merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungannya melalui pengondisian stimulus yang menimbulkan respons. Perubahan lingkungan pembelajaran dapat memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku anak secara bertahap. Perilaku positif pada anak cenderung akan diulang ketika mendapat dorongan yang sesuai dengan kemampuan anak dari lingkungannya. Latihan untuk anak harus menggunakan bentuk-bentuk pertanyaan (stimulus) dan jawaban (respons) yang dikenalkan secara bertahap, mulai dari yang sederhana sampai pada yang lebih rumit. Pendapat ini diperkuat oleh Jenkins dan Palermo (1964), yang menyatakan bahwa anak mungkin memperoleh kerangka tata bahasa struktur frase dan belajar ekuivalensi stimulus respon yang dapat diganti dalam tiap kerangka. Imitasi merupakan sesuatu yang penting karena untuk menentukan hubungan stimulus respon.
Pendapat para ahli psikologi behaviorisme yang menekankan pada observasi empiric dan metode ilmiah hanya dapat menjelaskan keajaiban pemerolehan bahasa dan ranah kajian bahasa yang sangat luas belum dapat tersentuh dan hanya dapat digali dengan pendekatan yang lebih dalam.
2.      Teori Generatif
Teori ini dibagi menjadi 2 teori yaitu:
a.       Teori Nativisme
Teori ini menjelaskan bahwa pembelajaran bahasa ditentukan oleh bakat dimana sejak manusia lahir sudah memiliki bakat. Eric Lenneberg mendefinisikan bahwa  ahasa itu merupakan perilaku khusus manusia dan bahwa cara pemahaman tertentu, pengkategorian kemampuan, dan mekanisme bahasa lain yang berhubungan ditentukan secara biologis. Chomsky (1965) menyatakan bahwa eksisitensi bakat tersebut bermanfaat untuk menjelaskan rahasia penguasaan bahasa pertama anak dalam waktu yang singkat. Selain itu, Chomsky juga menyatakan bahwa bakat bahasa itu terdapat dalam kotak hitam (black box) yang disebutnya sebagailanguage acquisition device (LAD) atau piranti pemerolehan bahasa. Terdiri atas empat bakat bahasa, yaitu: 
·         Kemampuan membedakan bunyi ujaran dengan bunyi yang lain
dalam lingkungannya.
·         Kemampuan mengorganisasikan peristiwa bahasa ke dalam variasi yang beragam.
·         Pengetahuan adanya sistem bahasa tertentu yang mungkin dan sistem yang lain yang tidak mungkin.
·         Kemampuan untuk tetap mengevaluasi sistem perkembangan bahasa yang membentuk sistem yang mungkin dengan cara yang paling sederhana dari data kebahasaan yang diperoleh.
b.      Teori Kognitivisme
Slobin (1971) mengatakan bahwa dalam semua bahasa, belajar semantic bergantung pada perkembangan kognitif. Urutan perkembangan itu lebih ditentukan oleh kompleksitas semantic daripada kompleksitas struktural. Bloom (1976) menyatakan bahwa penjelasan perkembangan bahasa bergantung pada penjelasan kognitif yang terselubung. Apa yang diketahui anak akan menentukan kode yang dipelajarinya untuk memahami pesan dan menyampaikannya.
3.      Teori Fungsional
Para peneliti mulai melihat bahwa bahasa merupakan manifestasi kemampuan kognitif dan afektif untuk dapat menjelajah dunia, untuk berhubungan dengan orang lain, dan juga untuk keperluan terhadap diri sendiri sebagai manusia. Lebih lagi kaidah generatif yang diusulkan di bawah naungan kerangka nativisme itu bersifat abstrak, formal, eksplisit, dan logis. Meskipun sebenarnya kaidah itu lebih mengutamakan pada bentuk bahasa dan tidak pada tataran fungsional yang lebih dalam dari makna yang dibentuk dari interaksi sosial.
Dengan demikian Agus Sujanto (1996: 26) membagi kemampuan perkembangan bahasa anak menjadi empat masa, yaitu:
1.      Masa Pertama (Umur 1,0-1,6)
Pada masa ini, kata-kata pertama yang di ucapakn oleh anak adalah kelanjutan dari meraban, yang didalamnya terdapat beberapa kata yang di ucapkan juga oleh anak dari bahasa apapun di dunia ini.
2.       Masa Kedua (Umur 1,6-2,0)
Pada masa ini, anak dengan kemampuannya, anak semakin banyak melihat sesuatu dan ingin mengetahui namanya. Oleh krena itu, ia selalu menanyakan nama di antara benda-benda yang kebetulan di temuinya.
3.       Masa Ketiga (Umur 2,0-2,6)
Pada masa ini, anak semakin tampak sempurna dalam menyusun kata-kata. Ia sudah menggunakan awalan dan akhiran, walaupun belum sempurna seperti yang di katakana orang dewasa.
4.      Masa Keempat (Umur 2,6 - Seterusnya)
Pada masa ini, rasa ingin tahu anak terhadap segala sesuatu semakin bertambah, sehingga pada masa ini anak sering bertanya. Kreativitas bertanya anak ini adalah suatu hal yang wajar dan harus kita tanggapi dengan penuh kearifan dan tidak boleh bersifat sinis, apalagi memarahinya. Dan semua itu tidak lain demi perkembangan pikiran dan memperkaya perbendaharaan bahasa anak.

 Penelitian menunjukkan bahwa anak adalah peniru yang baik. Peniruan merupakan strategi yang penting yang digunakan anak dalam pemerolehan bahasa. Kesimpulan itu tidak akurat dalam tataran global. Memang, penelitian menunjukkan bahwa strategi peniruan merupakan strategi yang banyak digunakan pada awal perkembangan bahasa anak.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa proses perkembangan bahasa anak dapat berlangsung dengan baik, apabila di dukung oleh beberapa faktor. Dan adapula beberapa teori yang menjelaskan definisi tentang perkembangan bahasa dan belajar pada anak. Seperti contohnya teori Behaviorisme, Kognitivisme, dan Fungsionalisme. 

Daftar Pusaka
Djamarah, Syaeful Bahri. 2000. Psikologi Belajar Edisi II. Jakarta: Rineka Cipta
Dalyono,  M. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta




0 Responses

Posting Komentar